setiap saat entah mengapa rasa cinta ku ke Adam semakin dalam seperti palung mariana. tapi rasa cinta ini juga kadang membuat ku selalu cemburu ketika Adam sedang mengobrol dengan cewek lain. tapi Adam selalu bilang kepadaku untuk tetap percaya kepadanya dan aku pun tidak mau mengekangnya hanya karena diriku merasa cemburuan ketika dia dekat dengan teman ceweknya. aku tetap teguh pada cintaku ke Adam dan berusaha untuk tidak cemburuan sampai dia meminta WA sahabatku Zarra. "Ilva, boleh minta WA nya Zarra ga?" kata Adam dengan nada yang biasa saja. "buat apa?, Zarra kan dah punya cowok". ucapku dengan nada agak menggoda. "iya tahu, pacarnya kan teman ku sendiri" balas dia. aku baru ingat ternyata pacarnya Zarra adalah teman Adam, harus ku akui pacarnya Zarra memang sangat idaman bagi siswi - siswi di sekolah ku. tidak cuman di sekolah ku, dia juga di idam - idamkan oleh siswi - siswi di sekolah lain. Zarra memang sangat beruntung dapatin dia. "ya kamu belum jawab buat apa?" tanya ku dengan nada sehalus sutra. "yaah buat jaga - jaga kalau kamu ga aktif WA nya" jawabnya dengan pede. "ohhh oke de" sambut ku.
Saat di kantin aku bertemu dengan Adam yang baru saja memesan makanan, kebetulan saat itu aku sedang bersama Zarra. "hai Zarra, Ilva" ucap Adam membuka obrolan. "hmmm kayaknya bakalan jadi nyamuk nih" sambut Zarra sambil melihat ke arahku dan Adam. "eh ga kok, kamu disini aja gapapa" ucapku dengan santai. "kak anak pecinta alam ngapain aja sih" kata Zarra kepo. "ohh banyak kok kegiatannya, ada hunting, kemah, mendaki, bersih - bersih pantai juga ada, pokoknya seru dah" ucap Adam menjelaskan. mereka terus mengobrol dengan akrabnya seakan - akan aku tidak ada di sana. ya lagian apa juga yang mau aku obrolin dengan Adam. sejak Zarra bergabung dengan ekskull pecinta alam, Adam kelihatan semakin dekat dengan Zarra, mungkin karena mereka satu organisasi, jadi harus tetap saling berkoordinasi gitu ya. disela - sela kegabutan ku, aku melihat Aarav yang terlihat seperti sedang melamun, sebanarnya aku agak ragu dan rada takut buat nyapa Aarav, namun karena rasa penasaran ini lebih kuat jadi ya aku memberanikan diri buat negur Aarav. "kak lagi ngelamun ya?" tegur ku dengan rada gugup seperti saat pembagian rapot. "eh ga kok" ucap Aarav. "lah terus ngapain, kalo bukan melamun?" balasku memberanikan diri. "lagi nyari inspirasi buat project kedepannya" balas Aarav dengan nada yang bersahabat. "kakak ga cemburu apa kalo Zarra dekat - dekat sama cowok lain?" tanyaku dengan polosnya. "yaah, buat apa cemburu kalo kita udah saling percaya satu sama lain, pasti gaakan selingkuh kok" jawab Aarav dengan pedenya. "kalo selingkuh gimana?" sambutku. "kalo selingkuh, yaa udah, tinggal cari yang lain aja" jawab Aarav dengan nada agak bercanda. ya mungkin bagi Aarav nyari cewek lain bukanlah perkara yang susah, walaupun dia terlihat dingin dan cuek ke semua orang, itu malah membuatnya semakin disukai oleh banyak cewek. dia memang terlihat cuek dan dingin, baru saja sebentar aku ngobrol dengannya entah mengapa seperti timbul sedikit perasaan sedikit ke Aarav. pantes saja Zarra jadi sebucin itu ke Aarav.
momen kelulusan kelas 12 menjadi momen yang menurutku sangat menyedihkan. setelah lulus seperti ada jarak antara aku dengan Adam, berbeda dengan Zarra dan pacarnya yang semakin jauh malah semakin menjadi - jadi. bahkan ketika Zarra sedang berulang tahun, Aarav rela jauh - jauh datang ke kos kami dan membawa kue dan cokelat yang banya. tentu saja hal tersebut membuatku sangat iri. setelah beberapa kali mengalami pasang surut komikasi dengan Adam, tibalah saat dimana aku dengannya sudah tidak lagi berkomunikasi. aku tidak tahu apakah kami masih menjalin hubungan atau tidak, tapi ini sudah ku anggap sebagai akhir dari hubunganku. akhirnya aku menjalani hari - hari ku sama seperti sebelum aku jadian dengan adam, semua hari - hariku menjadi hambar seperti sebuah Indonesia tanpa koruptor. beberapa minggu sebelum lulus, aku melihat Adam dan Zarra lagi nonton di bioskop lewat snap IG nya Adam. entah mengapa hatiku merasa sedikit cemburu melihatnya. namun aku lebih memilih untuk pura - pura tidak mengetahuinya ketika Zarra pulang. seminggu setelahnya aku pergi ke bioskop untuk menghibur diri, alangkah sakitnya hatiku ketika melihat Adam dan Zarra menonton di bioskop yang sama, aku melihat mereka duduk bersampingan. dari kejauhan mereka terlihat sangat dekat dan sesekali terlihat Adam merangkul Zarra. Memang saat ini aku sudah tidak memiliki hubungan apa - apa dengan Adam, tapi tetap saja nyesek melihat Adam berduaan dengan cewek lain. apalagi cewek itu adalah teman sekamar ku sendiri di kos. ke bioskop yang awalnya untuk menghibur diri malah jadi membuat diri makin frustasi. hatiku terasa hancur sepanjang filmnya diputar. karena merasa tidak kuat, aku pun keluar dari bioskop dan langsung pulang ke kos. entah meraka menyadari aku ada disana atau tidak aku tak peduli. aku pulang dengan hati yang hancur dan mata yang meneteskan banyak air. entah apa kurangnya diriku sehingga Adam meninggalkanku, setidaknya harus dia mengucapkan salam perpisahan sebelum dia benar - benar meninggalkanku. aku pun tidak tahu apa alasan Zarra mau diajak pergi olehnya. padahal Aarav sudah memberikan yang terbaik kepada Zarra. ternyata aku dijadikan sebagai jembatan yang susah payah ia bangun hanya untuk mendapatkan sahabatku sendiri.
"Ilva, aku mau jujur ke kamu ga?, aku tahu ini pasti sakit bagimu, tapi ini harus ku lakukan" ucap Zarra ketika menemukanku tengah menangis di kamar. "gpp silakan" jawabku sambil menahan tangis. Zarra mengatakan "aku sebenarnya sudah lama nyimpan perasaan ke kak Adam, tapi aku ga berani bilang, sampai aku tahu kamu dekat ma kak Adam, aku makin ga berani bilang, soalnya aku takut kamu jadi sakit hati". aku membalas " kalo gitu, kenapa kamu jadian ma kak Aarav?". Zarra menjawab "sebenarnya aku juga punya perasaan sedikit ke kak Aarav, jadi aku mutusin buat jadian ma dia biar bisa move on dari kak Adam. bahkan aku sempat dalam banget cintaku ke kak Aarav, tapi ujung - ujungnya gabisa move on dari kak Adam". sepanjang Zarra curhat aku terus saja menangis. mungkin hatiku sakit setelah mengetahui diriku diperalat sama Adam, tapi aku tidak bisa membayangkan perasaan Aarav yang tidak tahu bahwa dirinya hanya dijadikan pelarian oleh sahabatku. aku tidak membenci Zarra ataupun Adam. aku hanya membenci diriku yang dengan mudahnya mencintai orang yang belum tentu mencintai diriku. Zarra tetap menyemangati dan menghibur agar tidak terlalu dalam kesedihan ini. walaupun dia merebut Adam, aku tetap bangga punya sahabat seperti dia. mungkin kisah ini akan jadi pembelajaran untuk memberanikan mengungkapkan perasaan kepada orang yang kita sukai. jangan sampai karena takut, akan ada orang lain yang tersakiti pada akhirnya.
the end.
Bucin
BalasHapusgpp, biar yang gapernah merasakan jadi merasakan
Hapus